Jumat, 27 Mei 2011

Ujian untuk Persiraja

JANGAN dulu euforia terhadap Persiraja, ini baru permulaan. Jalan masih panjang. Ada banyak ujian, banyak hal yang mesti dipikirkan ke depan ketika tim ‘Lantak Laju’ ini berhasil masuk ke Liga Super Indonesia.

Harian Serambi Indonesia sebagai media lokal dengan oplah terbesar menulis pada halaman utama “Gracias Persiraja” dan “Kembalinya Kejayaan Sepak Bola Aceh” yang menunjukkan betapa rindunya masyarakat pecinta bola di Aceh untuk melihat pertandingan bermutu di Tanah Rencong, dengan label Liga Super. Keinginan panjang menjadi nyata, saat wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan antara Persiraja versus Mitra Kukar.

Sebagai pecinta bola dan pendukung Persiraja, melalui tulisan ini saya bermaksud untuk mengingatkan bahwa laga sebenarnya baru saja dimulai, War just begin. Tapi kemudian, muncul wacana untuk menghentikan pendanaan yang bersumber dari APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah), ini menjadi pukulan telak bagi Persiraja. Maklum selama ini tim sangat tergantung dari kebijakan yang diputuskan oleh wakil rakyat yang duduk di DPR Kota Banda Aceh.

Langkah-langkah bijak dalam mencari sumber pendanaan untuk mengarungi ketatnya pertarungan Liga Super Indonesia yang menerapkan sistem kompetisi penuh sebaiknya mulai dipikirkan dari sekarang. Hal ini mengingat Persiraja akan melakukan pertandingan mulai dari wilayah barat Indonesia sampai dengan ujung timur Indonesia yaitu di tanah Papua. Teramat jauh, biaya akan membengkak. Ini sulit jika tak dipikirkan bersama.

Dalam mengarungi kompetisi Divisi Utama saja Persiraja sempat mengalami kesulitan dalam hal keuangan walaupun ada dukungan dana dari APBD. Apalagi ke depan dengan biaya yang sangat besar yang kemungkinan melebihi angka yang dibutuhkan pada saat berlaga di Divisi Utama dan tanpa dukungan APBD, jelas menjadi kendala lain bagi pengurus tim kesayangan rakyat Aceh itu.

Kisruh yang terjadi di tubuh PSSI juga mau tidak mau menjadi batu sandungan bagi Persiraja untuk berlaga di Liga Super Indonesia mengingat belum adanya kepastian hukum bagaimana PSSI tanpa nahkoda menjalankan kompetisi di semua level musim 2011-2012 yang akan datang. Persiapan menghadapi skenario terburuk perlu dilakukan mulai dari sekarang. Semoga saja kekisruhan yang terjadi segera mereda dan kita bisa tetap menyaksikan aktor-aktor lapangan hijau menunjukkan skillnya di pentas yang bernama Liga Super Indonesia.

Mengantisipasi kesulitan keuangan yang akan dihadapi Persiraja sebaiknya dilakukan dengan melibatkan semua pihak mulai dari pengambil kebijakan maupun kalangan bawah termasuk pendukung Persiraja yang tergabung dalam SKULL yang selama ini setia mendukung penuh dalam setiap laga baik di kandang maupun pada saat Persiraja melakukan pertandingan tandang.

Dalam diskusi sebuah jejaring sosial, J. Kamal Farza, seorang praktisi hukum di Banda Aceh, mengusulkan untuk menjadikan Persiraja sebagai satu badan hukum yang bersifat terbuka. Usulan menarik dari Kamal dengan menjadikan Persiraja menjadi Perusahaan Terbatas (PT) sebaiknya ditinjau sebagai satu jalan keluar sehigga semua pihak yang merasa memiliki Persiraja dapat mendukung melalui kepemilikan saham.

Ide brilian, karena banyak pihak yang ingin memiliki saham ini terutama masyarakat Aceh. Dengan adanya dukungan sumber dana dari masyarakat Aceh sekaligus sebagai pemegang saham, kesulitan dana yang dihadapi dapat diatasi. Dengan adanya badan hukum, Persiraja terlibat dalam kegiatan yang bersifat provit oriented. Artinya seluruh kegiatan di bawah bendera Persiraja, bila mampu menghasilkan keuntungan, maka akan disetorkan kembali ke kas kesebelasan. Persiraja pun dapat memulai laga dengan tanpa tekanan dan ketakutan tak sanggup membayar gaji pemain.

Salah satu kegiatan yang mungkin dapat dilakukan Persiraja (jika telah berbadan hukum) adalah persiapan infrastruktur dalam menyongsong kompetisi Liga Super Indonesia 2011-2012. Stadion harus segera direnovasi, supaya dapat lolos dari tim verifikasi BLI. Sarana Infrastruktur dan bisnis lainnya juga dapat dikelola dan menghasilkan keuntungan.

Sistem penjualan tiket yang bersifat borongan juga merupakan alternatif untuk memperoleh dana segar membiayai kompetisi. Melalui penjualan borongan untuk seluruh pertandingan kandang, diharapkan akan terkumpul dana di awal kompetisi. Hitung-hitung secara matematis, apabila Persiraja melakukan laga kandang sebanyak 17 kali, untuk setiap kali menonton pertandingan tersebut, pendukung membayar rata-rata sebesar Rp20.000, maka untuk 17 kali pertandingan penonton akan membayar Rp340.000. Apabila penonton yang akan menonton pertandingan sebanyak 10.000 orang setiap partai kandang, akan diperoleh pemasukan sebesar 3,4 miliar rupiah. Sebuah angka yang sangat lumayan untuk mendukung keuangan Persiraja. Tak salah, sedikit memberi umpan lambung kepada penonton berupa hadiah lewat kuis-kuis.

Angka tersebut akan bertambah apabila dilakukan promosi dan pemasaran yang terorganisir dengan baik. Akan terus bertambah secara langsung apabila Persiraja mampu menunjukkan prestasi di lapangan hijau pada saat kompetisi Liga Super Indonesia berlangsung karena secara otomatis para penonton yang merupakan pendukung setia akan berbondong-bondong datang ke stadion dengan harapan Persiraja mampu meraih prestasi seperti yang telah ditorehkan oleh pemain-pemain senior angkatan 80-an.

Terlepas dari saran-saran di atas, yang paling ideal adalah mendapatkan sponsor resmi yang akan membiayai perjalanan kompetisi yang akan dilalui tim, ini menjadi target wajib bagi pengurus ke depan. Tapi, bercermin pada pengalaman lalu, rasanya sulit untuk mendapatkan sponsor penuh di tengah situasi seperti sekarang ini, kendati tak mustahil.

Semuanya harus diperjuangkan dengan sungguh-sungguh terlebih dahulu seperti yang telah ditunjukkan oleh Abdul Musawir cs di lapangan hijau kala meraih tiket ke Liga Super. Terlepas dari semua itu, semua kita masih pantas merayakan kemenangan dan keberhasilan Persiraja ke level liga sepakbola tertinggi di Indonesia. Ingat, perang sebenarnya baru dimulai, ayo lantak laju, jadilah juara Divisi Utama Musim ini!

* Penulis adalah warga Kota Banda Aceh. Pecinta Persiraja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar