Sabtu, 30 April 2011

Pageu Iman di Sekolah

PELAJARAN paling utama dalam Islam adalah pelajaran akidah iman. Hal ini dapat kita lihat dari sejarah awal penyiaran Islam. Dakwah Rasulullah Saw selama dua puluh tiga tahun terbagi dalam dua fase yaitu priode Mekkah dan priode Madinah.

Selama tiga belas tahun Rasulullah mengajak penduduk Mekkah untuk menganut agama Islam, pelajaran yang selalu biberikan kepada penduduk Mekkah di awal penyiaran Islam adalah pelajaran akidah iman. Ayat-ayat Alquran priode Mekkah (ayat-ayat Makkiyah) juga lebih banyak mengupas masalah akidah dan ajakan untuk beriman kepada Allah yang Maha Esa.

Ketika pertama kali Rasulullah Saw mengumpulkan penduduk Mekkah untuk melaksanakan misi kerasulannya, akidah imanlah yang beliau tawarkan kepada kaumnya. “Sesudah itu Muhammad kemudian mengalihkan seruannya dari keluarga-keluarganya yang dekat kepada seluruh penduduk Mekah. Suatu hari ia naik ke Shafa2 dengan berseru: “Hai masyarakat Quraisy.” Tetapi orang Quraisy itu lalu membalas: “Muhammad bicara dari atas Shafa.” Mereka lalu datang berduyun-duyun sambil bertanya-tanya, “Ada apa?” “Bagaimana pendapatmu sekalian kalau kuberitahukan kamu, bahwa pada permukaan bukit ini ada pasukan berkuda. Percayakah kamu?” “Ya,” jawab mereka. “Engkau tidak pernah disangsikan. Belum pernah kami melihat engkau berdusta.” “Aku mengingatkan kamu sekalian, sebelum menghadapi siksa yang sungguh berat,” katanya, “Banu Abd’l-Muttalib, Banu Abd Manaf, Banu Zuhra, Banu Taim, Banu Makhzum dan Banu Asad Allah memerintahkan aku memberi peringatan kepada keluarga-keluargaku terdekat. Baik untuk kehidupan dunia atau akhirat. Tak ada sesuatu bahagian atau keuntungan yang dapat kuberikan kepada kamu, selain kamu ucapkan: Tak ada tuhan selain Allah.” (Muhammad Husain Haekal: Sejarah Hidup Muhammad).

Belajar dari metode dakwah Rasulullah., terlihatlah dengan jelas korelasi antara pendidikan Islami dengan keteguhan akidah, sekaligus terkuaklah tabir bahwa pageu (pertahanan) iman masyarakat kita sangat gampang diobok-obok oleh berbagai aliran sesat disebabkan sistem pendidikan kita yang jauh dari ruh agama. Selama ini pelajaran yang selalu diprioritaskan di sekolah-sekolah adalah ilmu umum yang sama sekali tidak dibumbui dengan nilai-nilai keimanan. Pelajaran agama diaggap sebagai pelajaran skunder yang tidak terlalu penting.

Akibat dari termarginalnya pendidikan agama di sekolah, lahirlah generasi yang pintar tapi tidak bermoral, cerdas tapi tidak amanah. Produk pendidikan kita hari ini adalah manusia yang menguasai ilmu pengetahuan namun jiwa mereka gersang dari nilai-nilai spiritual, otak mereka brilian namun qalbu mereka kosong dari nilai-nilai keimanan. Sekarang generasi produk pendidikan yang salah asuh ini telah menebarkan racun berbisa yang merusak tatanan Negara dan merugikan masyarakat dengan budaya korupsi yang kian akut. Dan yang paling berbahaya sekarang mereka menjadi lahan subur bagi penyebaran aliran sesat bahkan sebagian dari mereka menjadi agen dalam mempelopori riddah di serambi Mekkah, karena mereka tidak memiliki filter untuk menyaring faham-faham yang melenceng dari aqidah ahlu sunnah wal jama’ah.

Untuk menyelamatkan akidah umat dari ancaman aliran sesat yang sekarang sedang mewabah perlu pageu yang kokoh membaja dalam jiwa mereka dengan menanamkan nilai agama dalam qalbu generasi muda dari sejak dini dan kontinyu. Nilai-nilai keimanan yang disemai sejak usia dini dan dilakukan terus menerus akan membentuk jiwa yang luhur dan iman yang kokoh hingga mereka menjadi pribadi yang memiliki iman yang sempurna dan menjadi muslim sejati yang tidak mudah terombang ambing oleh gerakan pemurtadan.

Ada dua jalan yang bisa ditempuh untuk merealisasikan pendidikan agama dari usia dini dan kontinyu kepada generasi kita. Pertama dengan menambah jam pelajaran agama di sekolah-sekolah seperti yang disampaikan oleh Wagub di depan 37 pimpinan Instansi pada rapat khusus lanjutan selasa (5/4) (Serambi Indonesia, 6/4/2011). Tapi kalau hanya menambah satu jam pelajaran agama per minggu takkan memberikan perubahan segnifikan dari keadaan yang terjadi sekarang ini.

Sekolah-sekolah mesti berbasis agama, sehingga akidah dan moral menjadi target utama dari pendidikan di sekolah. Semua pelajaran yang diajarkan di sekolah mesti berlatarkan agama, agar ruh agama tidak terlepas dari jiwa siswa ketika mengikuti pelajaran apa saja. Biologi, fisika, matematika dan pelajaran lainnya mesti menjadi bukti akan kebenaran agama dan menjadi dalil ilmiayah untuk menguatkan akidah.

Kedua, mewajibkan semua siswa untuk belajar di dayah tradisional sesuai dengan tingkatannya masing-maisng. Ini bisa dilakukan dengan menambah syarat masuk sekolah dengan ijazah dayah sesuai dengan tingkatan sekolah. Untuk masuk SLTP setiap siswa mesti memiliki sertifikat mampu membaca Alquran, hafal dasar akidah yaitu i’tikad lima puluh dan pokok-pokok agama lainnya. Untuk masuk SLTA setiap siswa mesti memiliki ijazah tsanawiyah dayah. Untuk masuk perguruan tinggi diwajibkan memiliki ijazah aliyah dayah. Dan setiap mahasiswa/i mesti mondok di dayah. Andai semua mahasisa/i mondok di dayah sungguh banyak manfaat ganda yang bisa kita dapatkan. Salah satunya adalah menjadi Pageu bagi mereka dari kerusakan moral akibat pengaruh pergaulan bebas.

Semoga pemerintah kita dan mereka yang memiliki otoritas membuat kebijakan dalam pendidikan terketuk hantinya untuk membumikan pendidika Islami di tanah rencong, sehingga pageu iman masyarakat kita semakin kokoh dan tidak mampu ditembusi oleh berbagai aliran sesat.

* Penulis adalah Ketua Umum Dayah Babussalam Matangkuli. Pengurus IPSA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar